Rabu, 18 Desember 2019

Tantangan menjadi ortu yang adil

     Aku yang setiap harinya berkutat dengan urusan domestik rumah tangga dengan segala kerusuhan dan kericuhan serta kegaduhan ketiga anakku selalu dituntut untuk bisa menjadi lebih bijak. Dari hari ke hari anak-anak bertumbuh dengan lingkungan mereka yang notabene sudah diluar kendali kita sebagai orangtua. Otomatis apa yang diajarkan saat mereka masih usia balita dan belum mengenal  dunia luar yang begitu kompleks lama kelamaan memudar, berganti dengan celotehan yang sudah bercampur baur dan tak jarang membuatku terkaget kaget.

   Tak jarang kakak beradik ini meributkan sesuatu yang menurut kita sebagai orangtua tidaklah terlalu penting untuk dipermasalahkan. Tapi disini aku dituntut bisa menjadi wasit yang adil yang tidak menyudutkan dan menyalahkan salah satunya. Karena itu, saat anak-anak mulai saling membentak dan menyalahkan, itulah saatnya aku harus muncul sebagai wasit. Dudukkan mereka lalu tanyakan permasalahan kepada kakak tertua dan apa yang membuat mereka sampai adu mulut. Setelah kakak menjelaskan, gantian aku dengar versi penjelasan dari si adik. Jika masih ada hal yang mengganjal pasti masih akan diberondong dengan berbagai pertanyaan sampai masalah benar-benar Clear dan mereka berbaikan kembali.
Momen saat akur

     Aku yang tumbuh tanpa memiliki saudara terbiasa lingkungan yang sunyi dan teratur juga disiplin. Sekarang tanggung jawabku ada 3 anak yang mana ketiganya memiliki karakter dan watak yang berbeda beda. Saat menghadapi anak yang tantrum, aku rasa teori parenting yang sering didengar atau diikuti hilang semuanya tertutup dengan emosi yang meletup letup. Hehehe. Kalau sudah seperti itu aku biasanya memilih untuk menyingkir dulu. Masuk kamar, tutup pintu, wudhu dan baca baca komik atau sekedar nonton TV untuk meredakan emosi. Setelah mereda baru aku temui mereka lagi. 

   
   Menghadapi anak-anak, emosi rasanya seperti bianglala. Naiiik lalu turun, ga lama naiiik lagi. Begitu seterusnya. Karena itu, Orangtua memang butuh dan perlu memiliki ilmu parenting dan pastinya memiliki pemahaman agama yang baik supaya emosi yang diluapkan tidak berlebihan yang akan mengganggu perkembangan psikologisnya. Untuk anak diatas 8th sudah bisa diajak diskusi. Emosi yang sebaiknya diluapkan pun kesannya tidak menggurui si anak. Jadi sebagai orangtua harus pintar pintar membagi perasaan dan cepat beradaptasi dengan lingkungan anak-anak milenial, supaya anak merasa nyaman saat bercerita dengan orangtuanya.

Ilustrasi bianglala


13 komentar:

  1. Sabar ya mbaa, jadi orang tua sekaligus belajar juga. Tetep jaga kewarasan hihihi :)

    BalasHapus
  2. MasyaAllah ngerawat 3 anak sendiri adalah hal yang luar biasa.. termasuk aku.. anakku juga 3 dan itu laki-laki semua.. YaAllah yang namanya stok sabar harus ekstra dan mesti di charge terus. hiihhi.. tapi luar biasa yaaa.. insyaAllah apa yang sudah kita lakuin segalanya berkah ya Mba.. Aamiin

    BalasHapus
  3. Semangat mba. Mendidik anak itu luar biasa, apalagi 3 anak dengan jarak cukup berdekatan.

    BalasHapus
  4. Sungguh perjuangan seumur hidup ya.
    Bersikap adil, utamanya ke anak-anak. Masih ada pula para keluarga terdekat.

    Semoga kita termasuk yang dimampukan Allah SWT untuk bersikap adil.
    Aamiin.

    BalasHapus
  5. Adil, Ikhlas itu mudah diucapkan tapi susah dijalankan, tapi sebisa mungkin berusaha agar semua merasa saya sudah bersikap adil..toss dulu yuk aku juga ada 3 krucils dengan jarak yang dekat

    BalasHapus
  6. Menjadi orang tua memang anugerah indah yg kumplit ya mba..Nikmati dan syukuri ya..semoga masa-masa 'sulit' akan segera lewat menjadi kenangan indah..

    BalasHapus
  7. Ya Allah semoga dimudahkan dilancarkan dan dilapangkan kesabarannya sebagai orang tua. Aku yang belum ada anak, juga berharap nanti bisa jadi orangtua yang baik dan bisa menghadapi segalanya aamiin.

    BalasHapus
  8. Punya anak lebih dari 1 memang semakin menantang ya. Ramainya masya Allah.. tapi itulah yang kelak dirindukan. Aku kalau lagi waras memandang anak-anak berantem sambil senyum Aja.. it's okay.. mereka sedang belajar berkonflik dan problem solving.. percaya saja mereka bisa menyelesaikannya dengan baik. Nah bener.. habis rebut2an.. nangis2an.. lalu mereka bikin kesepakatan.. lucu Juga dilihatnya. Tapi kalau lagi spaneng.. tinggal ngopi dulu aja laah.. hehe.

    BalasHapus
  9. Bisa ngerasain deh gimana jadi orang tua dengan anak-anak yang harus dihandle secara bersamaan. Aku aja yang cuma 2 dengan jarak umur berjauhan tetep rasanya nano nano deh ketika mereka bertengkar. Kadang heran juga, si kakak kok ga mau ngalah ke adeknya. Tapi di saat lain juga menyadari, si adek yang tau kalau dia bisa ngalahin kakaknya dengan faktor usia yang lebih muda. Yaaahh.. gitu deh. Asyik jadi orangtua itu yaaa.. Pusing sekaligus hepi.

    BalasHapus
  10. Jadi orangtua memang ga gampang ya mbak tiap hari ada kejutan tiap hari harus belajar. Semangats

    BalasHapus
  11. Sampai sekarang, anak pertamaku udah kuliah, aku dan suami masih belajar menjadi orangtua yang baik, terutama aku yang belum pandai mengelola emosi. Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang solih sholihah ya mba, yang sukses dunia dan akhiratnya

    BalasHapus
  12. Seru ya Weni, ramai di rumah, jadi pengen nambah hihi...apalagi Weni anak tunggal jadi suasananya pasti beda banget ya dengan Weni waktu kecil..

    BalasHapus
  13. Betul Mbak... Kadang sampe pengen keluar aja gitu kalau pas anak-anak bikin emosi. Manalah aku masih sering kelepasan nada tinggi 🙈🙈

    BalasHapus

Kroepoek Waroeng jadi solusi anti GTM

Aku adalah tipe ibu yang ketat banget masalah makanan yang dikonsumsi anak anak. Segala macam makanan yang berhubungan dengan perminyakan, s...