Selasa, 28 Januari 2020

Bijak Mendidik Si Millenial - Mendidik anak dengan CINTA


      Sabtu, 11 Januari 2020, alhamdulillah aku bisa hadir di acara Seminar Parenting yang diadakan Jam'iyyah SDI Al Azhar 14. Awalnya sempat ragu untuk hadir karena bentrok jadwal les piano anak anak. Tapi karena guru lesnya kebetulan juga salah satu teman di Al Azhar yang juga hadir di acara Seminar ini, maka jadwal pun bisa diundur sore hari. Aku cukup tertarik dengan judulnya yang memang kita sebagai orang tua tidak boleh berhenti belajar. Dan yang dipelajari itu tidak ada ujiannya, juga tidak ditentukan waktunya. Terlebih saat ini memang kita harus benar benar bijak menghadapi anak beserta teknologi yang sangat pesat berkembang. 

Doc.Jami’iyyah SDI Al Azhar 14
   Acara ini diisi oleh seorang dosen, konselor dan sekaligus praktisi Psikologi dari Yogyakarta, yaitu Bu Shinta,SPd.,MSi.,MA., yang lebih dikenal dengan sebutan Bunda Cinta. Yang membuat aku betah mendengarkan sampai selesai adalah karena cara menyampaikannya tidak membuat ngantuk. Interaktif sekali. Aku akan sharing disini supaya suatu saat bisa aku buka lagi untuk reminding apakah aku sudah berhasil menjadi ibu yang sabar menghadapi anak anak jaman now. Hehehe.

1. Orang tua sebagai contoh
    Pasti kita semua sering mendengar kalimat ini. Yap memang betul bahwa kita orang tua adalah role model bagi anak anak kita. Mau kemanakan anak anak ya kita yang tentukan arahnya, dan juga sebagai panutannya. Jangan pernah bermimpi anak kita tidak doyan nonton TV kalau kita sendiri masih suka nonton TV. Jangan pernah bermimpi anak kita tidak doyan main HP kalau kita sendiri masih suka menyuruh anak melakukan tugasnya tetapi tangan kita masih sibuk dengan HP. Otak anak yang menerima pesan tidak sinkron dengan mata yang melihat apa yang sedang kita lakukan. Contoh: "Ayo nak belajar, besok ujian kan?" sambil tangan dan mata kita fokus pada hp, bukan ke anak. Secara psikologis, syaraf otak anak harus berjalan beriringan, tidak dapat bekerja secara berbenturan, karena akan mengacau syaraf neuronnya. Mereka jadi bingung, mana yang harus dipercaya? Mata atau telinga? Jadi sebagai orangtua harus bisa seiring sejalan dengan apa yang kita inginkan ke anak anak. Yang sudah sejalan saja belum tentu sesuai harapan, apalagi jika tidak bisa sejalan karena kita tidak memberikan contoh ke anak anak.
Pic edit by Canva

    Ilmu parenting sebenarnya sederhana. Dari berbagai teori barat sampai timur, hanya satu teori yang lebih canggih dari semua yaitu teori yang diajarkan Rasulullah SAW. Apa itu? Yaitu beliau mengajarkan para orangtua sebaiknya MEMAKSAKAN diri menjadi USWATUN HASANNAH yang artinya menjadi CONTOH. Bagaimana kita bisa bermimpi punya anak rajin solat dan tepat waktu jika kita sendiri tidak pernah mendirikan solat atau solat tidak tepat waktu? Bagaimana kita bermimpi punya anak hafidz Qur’an, sementara ibunya sendiri sudah lama tidak menyentuh mushaf Qur’an? Lalu kita beri harapan yang muluk muluk terhadap si Milenial... TIDAK AKAN TERJADI! Minimal kita sama sama mau belajar dengan anak anak dan tidak perlu merasa malu jika memang pada kenyataannya kita memang tidak bisa.

2. Tidak sibuk dengan urusan orang lain
    Pasti hal ini pernah dirasakan semua orang. Kita selalu melihat keadaan orang lain lebih baik dari keadaan kita, istilah Jawanya Sawang Sinawang. Melihat rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Hal tersebut membuat kita LUPA BERSYUKUR bahwa Allah sudah memberikan kita anugerah yang sangat besar pada keluarga kita. Allah anugerahkan anak anak yang sehat, ceria, cerdas, tetapi kita sibuk membandingkan dengan anak anak orang lain. Karena itu, mulai sekarang BERHENTI memikirkan betapa hebatnya,  nurutnya, pinternya anak orang lain dan mari kita FOKUS meningkatkan kualitas hidup kita masing masing.

“Kesuksesan seseorang sama sekali tidak tergantung dari apa dan bagaimana latar belakang keluarganya, tetapi sangat tergantung dari bagaimana keputusannya.”

3. Menyadari betapa pentingnya pendidikan, baik formal maupun non formal.
   Kepada anak anak, terutama yang masih duduk di kelas 1,2,3 SD tidak usah ditanya nilai, tetapi tanyakan aktivitas apa saja yang tadi dilakukan di sekolah. Yang terpenting adalah anak suka dulu dengan sekolah. Orientasi sekolah bukan pada nilai, nilai hanya bonus saja. Kelas 1,2,3 adalah masa masa dimana anak mengenal bahwa hidup ini akan banyak masalah dan belajar hidup mandiri sekaligus belajar bersosialisasi. Dan orangtuanya juga belajar mengendalikan emosi. Jangan sampai terpancing dengan laporan anaknya yang dinakalin temannya. Anak bergesekan dengan temannya, tersandung, terpukul adalah hal yang sangat manusiawi dan lumrah. Jika anak pulang sekolah melaporkan jika dia dinakalin temannya, alangkah baiknya dalam hati kita bersyukur bahwa memang anaknya di sekolah mau bergaul dengan temannya.
    Bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara memberikan nama Taman Siswa. Kenapa? Karena berharap sekolah itu seperti Taman yang menyenangkan untuk anak anak, sehingga mereka nyaman berada di dalamnya.
Ilustrasi Taman Bermain yang menyenangkan untuk anak anak
Pendidikan adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk :
  • Meningkatkan Kualitas Hidup
  • Memutus Mata Rantai Kemiskinan.
"Mengasah Akademik membutuhkan waktu yang lebih singkat dibanding mengasah kepribadian (etika)."
Saya pribadi sangat setuju dengan kalimat diatas. Generasi millenial saat ini sangat membutuhkan pendidikan etika. Baik itu etika terhadap orang lain maupun etika dalam kehidupan sehari hari. Orang tua yang ikut menikmati kemajuan teknologi terkadang lupa mengajarkan etika kepada anak anak. Mereka asyik dengan gadget masing masing, yang mana di dalamnya tidak ada yang mengajarkan mengenai etika dalam berhadapan dengan orang yang lebih tua ataupun etika dalam bergaul dengan teman teman sebayanya. Tergerus kemajuan jaman dan teknologi. Sungguh menyedihkan.
Karena itu sebagai orang tua harus memiliki Konsep Positif dalam Pengasuhan Anak, diantaranya:
  1. Positive Thinking (Konsep Berfikir selalu yang positif)
  2. Positive Feeling (Memiliki perasaan yang positif, tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain)
  3. Positive Speaking (Berbicara yang positif, sehingga tidak menyakiti hati orang lain)
  4. Positive Acting (Bersikap/bertingkah laku yang positif, sehingga bisa menjadi teladan yang baik)
Jika orang tua yang mana sudah memberi contoh yang baik dalam mendampingi anak meraih sukses di era digital ini, maka Negara pun menjadi Dahsyat dengan lahirnya generasi penerus yang Cerdas, Berbakat dan Berakhlak Mulia pun akan terbentuk.
Semoga kita selalu dalam naungan dan keberkahan Allah di setiap langkah di dunia ini. Aamiin.





12 komentar:

  1. Mantaplah kalau orang tua tetap mau terus belajar, ya. Agar tetap waspada dan fleksibel dengan dinamika perubahan zaman

    BalasHapus
  2. ini rasanya ditabok-tabok, haha. ngajak anak ayo belajar tapi aku masih sibuk cek wa. Ya gimana lagi, emang gaweannya, huhu

    BalasHapus
  3. setuju banget, orang tua sebagai contoh, kadang kalau anak salah pengennya langsung marah, tapi coba ingat mungkin nyontoh aku kah hiks

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah diingatkan oleh artikel ini untuk selalu belajar menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Benar sekali, kalau mau anaknya rajin sholat dan mengaji, orangtuanya pun harus memberikan contoh yang baik.

    BalasHapus
  5. Memang dari sekian banyak teori parenting, menjadi teladan tetaplah yang Paling utama ya. Banyak2 teori tapi kalau gagal jadi teladan ya bubrah. Tapi Ada Juga ortunya teladan banget.. bondingnya sama anak ambyar. Jadi teladan Dan bonding adalah 2 Hal yang penting menurutku.

    BalasHapus
  6. Wah bagus nih konsepnya nggak cuma Possitive Thinking aja tapi juga Positive Feeling, Speaking dan Acting yuk ah belajar bersama biar pinter dan tumbuh maju rame-rame...

    BalasHapus
  7. Terima kasih sudah berbagi konsep penting ini mba.. Insya Allah berguna buat kita semua ya..

    BalasHapus
  8. Jadi orang tua emang ga ada sekolahnya. Nggak ada kurikulum atau silabusnya. Jadi kita yang terus nyari ilmu yang tepat buat ngasuh anak

    BalasHapus
  9. Manteo ini mba Wen konsep pembelajarannya. Aku jadi belajar banyak nanti kalo punya anak. Alhamdulillah dapet ilmu positif gini.

    BalasHapus
  10. Waktu anakku masih sekolah dulu, paling suka kalo diundang acara parenting di sekolahnya anak-anak seperti ini. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan berkeluarga

    BalasHapus
  11. Wah, ternyata Bunda Cinta datang ke alazhar. Kalau tahu ikutan nyamper. Kebetulan teman, pernah kerja bareng. Thanks ya bagi ilmunya juga

    BalasHapus
  12. Aku tu suka acara2 parenthing gini, tapu klo mau ikutan kok malu. La blum berkeluarga wkkkkk

    Btw bner bgt, ortua tu juga harus terus belajar. Agar fleksible dg perubahan, gak katrok hehe

    BalasHapus

Kroepoek Waroeng jadi solusi anti GTM

Aku adalah tipe ibu yang ketat banget masalah makanan yang dikonsumsi anak anak. Segala macam makanan yang berhubungan dengan perminyakan, s...